candlelight

candlelight

Tuesday, November 27, 2012

Pantai Sepanjang, Pok Tunggal, Krakal dan Drini

Lanjutan dari Wisata Malam 1 suro di Parangtritis

 
Payung pantai dan ombak di Pok Tunggal
Pukul 06.00 kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, perjalanan ke pantai-pantai di Gunung Kidul. Adikku Anif pulang duluan untuk menaruh motor dan saya menjemputnya di samping hotel Ros In, saya baru tau kalau rumahnya berada di belakang hotel itu, padahal dulu saya sempat menginap di sana. Tepat pukul 07.00 kami mulai perjalanan menuju Gunung Kidul, semuanya belum tidur semalaman karena begadang termasuk saya yang hanya tidur beberapa saat dan belum mandi kecuali Anif. Sepanjang jalan yang kami lewati penuh kenangan, ya karena kami sebelumnya pernah jalan bersama ke sana. Mulai dari bukit bintang pathuk yang bertaburan cahaya lampu pada malam hari, warung pinggir jalan tempat kami singgahi dulu sampai ke jalan di tengah hutan yang memiliki kenangan yang sangat melekat, yaitu "ketilang" hahaa.. Kenangan yang menyesakkan namun membuat ketawa geli kalau diingat.

Belum mandi.. haha..
Pukul setengah 10 kami sampai di kawasan pantai, kami putuskan untuk singgah di pantai-pantai yang belum pernah di kunjungi saja jadi pantai Baron dan Kukup dilewati, ketika melewati Pantai Sepanjang kami putuskan untuk mampir walau sebelumnya sudah pernah dikunjungi. Jalan menuju pantai ini sudah bagus, berbeda dengan dulu saat kami kesana, jalannya hancur. Setelah foto-foto sebentar perjalanan dilanjutkan langsung ke Pantai Pok Tunggal, ya pantai yang sedang tenar dibicarakan banyak orang. Jalan menuju pantai ini masih belum begitu bagus dan harus berhati-hati jika berpapasan dengan kendaraan lain. Sinar matahari terasa terik disana hingga membuat saya malas untuk berfoto-foto, ditambah belum mandi dan belum memakai sun spray (takut hitam) hehe. Karena lapar dan hanya ada beberapa warung jadi hanya makan mie goreng. Setelah makan, saya putuskan untuk mandi di sana, tapi bukan mandi nyebur di laut. Air yang diambil kamar mandi itu berasal dari sumber air yang terletak dibawah pepohonan yang mengikuti keadaan air laut, jika air laut pasang maka air di sumber itu banyak dan jika air laut sedang surut maka air disumber itu juga hanya sedikit. Dan airnya benar-benar menyegarkan dan juga jernih. Segeerrrrr...!!! Hehehe..

Jalan menuju Pantai Pok Tunggal
Saat berpapasan dengan kendaraan lain














Saat saya mandi papa berbincang dengan si ibu yang punya tanah yang dijadikan tempat parkir dan kamar mandi itu. Si ibu cerita kalau ayahnya itu seorang yang bisa dibilang sesepuh disana, ayahnya itu dulu teman sekolahnya Jendral Katamso, pemberontak PKI. Dahulu beliau diajak untuk memberontak, namun beliau memilih untuk kabur dan tinggal ditempat terpencil yaitu di Pantai Pok Tunggal itu. Beliau baru saja meninggal 40 hari yang lalu, meninggalnya pun dalam keadaan yang bagus, beliau tidak sakit dan saat meninggal tercium aroma duren dari tubuhnya. Sebelum meninggal beliau berpesan kalau batu yang ada di tempat parkir tidak boleh diketok-ketok apalagi 
dihancurkan dan juga salah satu pohon tidak boleh ditebang (namun saya tidak tahu pohon yang dimana yang dimaksud, apa mungkin pohon yang satu-satunya yang berada dekat pantai??). Pesannya nanti tempat itu akan menjadi kota, mungkin artinya pantai itu akan menjadi ramai seramai Pantai Indrayanti saat ini. Si ibu itu juga cerita kalau nama Pok Tunggal itu sebenarnya berasal dari pohon kelapa yang hanya satu-satunya disana.Begitulah singkat cerita si ibu.

Papan penunjuk arah pantai
Mungkin pohon ini yang dimaksud si ibu















Sudah segar kami putuskan untuk pindah tempat, saat melewati Pantai Indrayanti keramaian terlihat di pantai itu. Sangat berbeda dengan saat kami ke sana dulu yang masih sangat sepi, karena terlalu ramai dan sudah pernah kami putuskan untuk tidak singgah. Tadinya semua setuju untuk langsung pulang karena terlalu lelah dan panas, namun saya bersikeras untuk singgah dibeberapa pantai dulu. Sayang kan udah jauh-jauh kesana tapi cuma beberapa pantai aja yang disinggahi? Akhirnya semua setuju untuk mampir ke Pantai Krakal. Foto-foto sebentar lalu perjalanan dilanjutkan. Lagi-lagi semuanya ingin langsung pulang, namun saya tetap berikeras mampir kesatu pantai lagi. Papa sampai bilang kalau yang namanya pantai itu sama aja, cuma ada air, pasir sama panas. Yaa walaupun memang semua pantai itu cuma ada air, pasir, dan panas yang seperti papa bilang namun menurut saya setiap pantai itu memiliki karakteristik masing-masing.

Ibu penjual alat penangkap ikan
Layangan di Pantai Krakal
Pantai Krakal

















Akhirnya dengan sangat terpaksa semua setuju untuk mampir ke Pantai Drini. Pantai Drini ini mirip dengan Pantai Watu Karung di Pacitan yang banyak perahu-perahu nelayannya. Di pantai ini terdapat pulau yang dinamakan pulau Drini, disediakan tangga untuk naik keatas namun saya tidak mencoba naik karena sudah terlanjur janji untuk sebentar saja di sana. Setelah berfoto-foto sebentar, saya putuskan kembali ke mobil. Karena cuaca yang begitu terik membuat tenggorokan ini terasa kering, ternyata papa sudah nongkrong di warung, kebetulan. hehee. Langsung saja pesan es kelapa. Segeerrrr..!! Dan akhirnya perjalanan menyisiri pantai berakhir. Di jalan berhenti dulu untuk membeli oleh-oleh, karena bingung mau beli apa jadi beli mangga dan sirsak saja. Saat melewati bukit bintang sebernya saya ingin sekali mampir, tapi melihat keadaan yang lainnya saya urungkan niat itu, hari juga masih sore jadi kurang seru juga. Baiklah langsung lewat aja dan segera pulang.

Perahu nelayan yang bersandar
Pantai Drini
Tujuan pertama adalah mengantar Anif pulang, setelah mengantarnya kami melanjutkan perjalanan entah kemana. Karena kondisi yang sudah sangat melelahkan sempat berencana untuk bermalam di Delanggu saja, namun karena perut lapar jadi mampir makan dulu. Kami putuskan untuk berkuliner di Galabo (Gladag langen bogan) yang terletak di JL. Mayor Sunaryo depan Beteng Trade Center dan PGS (Pusat Grosir Solo). Begitu sampai di sana saya sempat kecewa, kok tempatnya begini ya?? Ternyata sedang direnovasi, seharusnya disepanjang jalan depan PGS, namun ini dipindah di lahan kosong yang becek karena abis ujan. Bingung mau makan apa ditambah kondisi yang kelelahan jadi kami putuskan untuk makan nasi liwet, tapi entah karena kemaleman atau memang terlalu laris, lauknya tinggal telur saja. Ternyata nasi liwetnya enak dan harganya juga murah, kalau tidak salah harganya hanya Rp 13.000 saja. (sayang karena kecapean jadi ga sempet ambil foto disana).

Setelah kenyang  perjalanan dilanjutkan, namun tiba-tiba papa memutuskan untuk pulang ke Wonogiri aja. Hah?! Ga salah pa?? Yasudahlah ikutin aja, tapi ga tau cape apa ngantuk beneran dari Galabo saya tidur dan terbangun ternyata sudah sampai di rumah nenek. Nice...!! Benar-benar perjalanan panjang selama 2 hari dari Wonogiri-Delanggu-Jogja-Gunung Kidul-Jogja-Solo-Wonogiri.

Foto-foto yang sempat saya abadikan di sana :

Pantai Pok Tunggal
Papan penunjuk arah pantai
Update dulu.. haha..
1.. 2.. 3.. Cheers..!!


Pose dulu di Krakal
Masih di Krakal


Bapak yang sedang memancing ikan di Pantai Drini
Pantai Drini
Pulau Drini
Smileee
smileee

No comments:

Post a Comment